Sahabat
Muslimah, bagaimanakah hukum menyentuh dan mencium organ kelamin suami
apa boleh menurut Islam ketika melakukan hubungan suami istri?
Sahabat Muslimah, banyak orang yang khawatir bahwa beberapa hal yang mereka lakukan saat melakukan hubungan suami istri dengan pasangan adalah hal yang sebenarnya tidak diperkenankan oleh agama. Beberapa hal yang seringkali ditanyakan adalah apakah boleh bagi wanita untuk memegang dan juga melakukan oral pada suaminya?
BENARKAH DILARANG MELIHAT KEMALUAN ISTRI/SUAMI?
Saya kutip jawabannya dari rumaysho.com.
Memang, dalam sebagian ajaran fikih yang tersebar di negeri kita, disebutkan bahwa boleh memandang seluruh tubuh istri kecuali pada kemaluan. Jadi ketika jima’ (ML) tidak boleh melihat aurat atau kemaluan istri.
Namun yang benar;
Sahabat Muslimah, banyak orang yang khawatir bahwa beberapa hal yang mereka lakukan saat melakukan hubungan suami istri dengan pasangan adalah hal yang sebenarnya tidak diperkenankan oleh agama. Beberapa hal yang seringkali ditanyakan adalah apakah boleh bagi wanita untuk memegang dan juga melakukan oral pada suaminya?
BENARKAH DILARANG MELIHAT KEMALUAN ISTRI/SUAMI?
Saya kutip jawabannya dari rumaysho.com.
Memang, dalam sebagian ajaran fikih yang tersebar di negeri kita, disebutkan bahwa boleh memandang seluruh tubuh istri kecuali pada kemaluan. Jadi ketika jima’ (ML) tidak boleh melihat aurat atau kemaluan istri.
Namun yang benar;
Suami Istri Boleh Saling Memandang Aurat Satu Sama Lain.
Dalilnya (dasarnya), dari ‘Aisyah, ia berkata:
كُنْتُ أَغْتَسِلُ أَنَا وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ إِنَاءٍ بَيْنِي وَبَيْنَهُ وَاحِدٍ ، فَيُبَادِرُنِي حَتَّى أَقُولَ دَعْ لِي ، دَعْ لِي ، قَالَتْ: وَهُمَا جُنُبَانِ
Dalilnya (dasarnya), dari ‘Aisyah, ia berkata:
كُنْتُ أَغْتَسِلُ أَنَا وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ إِنَاءٍ بَيْنِي وَبَيْنَهُ وَاحِدٍ ، فَيُبَادِرُنِي حَتَّى أَقُولَ دَعْ لِي ، دَعْ لِي ، قَالَتْ: وَهُمَا جُنُبَانِ
“Aku pernah mandi
bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari satu bejana antara
aku dan beliau. Kemudian beliau bergegas-gegas denganku mengambil air,
sampai aku mengatakan: tinggalkan air untukku, tinggalkan air untukku.”
Ia berkata, “Mereka berdua kala itu dalam keadaan junub.”
(HR. Bukhari no. 261
dan Muslim no. 321). Al Hafizh Ibnu Hajar berkata, “Ad Daudi berdalil
dengan dalil ini akan bolehnya laki-laki memandang aurat istrinya dan
sebaliknya.” (Fathul Bari, 1: 364)
Juga dikuatkan lagi dengan hadits,
احْفَظْ عَوْرَتَكَ إِلاَّ مِنْ زَوْجَتِكَ أَوْ مَا مَلَكَتْ يَمِينُكَ
“Jagalah auratmu kecuali dari istrimu atau budak yang kau miliki.” (HR. Abu Daud no. 4017 dan Tirmidzi no. 2769, hasan)
احْفَظْ عَوْرَتَكَ إِلاَّ مِنْ زَوْجَتِكَ أَوْ مَا مَلَكَتْ يَمِينُكَ
“Jagalah auratmu kecuali dari istrimu atau budak yang kau miliki.” (HR. Abu Daud no. 4017 dan Tirmidzi no. 2769, hasan)
Ibnu Hajar berkata,
“Yang dipahami dari hadits ‘kecuali dari istrimu’ menunjukkan bahwa
istrinya boleh-boleh saja memandang aurat suami. Hal ini diqiyaskan
pula, boleh saja suami memandang aurat istri.” (Fathul Bari, 1: 386).
Dan yang berpandangan bolehnya memandang aurat satu sama lain antara
suami istri adalah pendapat jumhur ulama (mayoritas). (Lihat Al Mawsu’ah
Al Fiqhiyyah, 32: 89)
Ibnu Hazm Azh
Zhohiri juga berkata, “Halal bagi suami untuk memandang kemaluan istri
dan hamba sahaya miliknya yang boleh ia setubuhi. Demikian pula istri
dan hamba sahayanya boleh memandang kemaluannya.
Hal ini tidak dianggap
makruh sama sekali. Di antara dalilnya adalah hadits yang masyhur dari
jalan ‘Aisyah, Ummu Salamah, Maimunah yang kesemuanya adalah ummahatul
mukminin (istri Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam-).
Di antara mereka pernah
mandi junub bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari satu
bejana. Yang aneh, mereka menghalalkan menjima’ istri di kemaluan, namun
melarang
dari memandang kemaluan (padahal memandang masih lebih mending dari menjima’, pen).
Cukup sebagai dalil akan bolehnya adalah firman Allah Ta’ala,
وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ (29) إِلَّا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ (30)
“Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak-budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.” (QS. Al Ma’arij: 29-30).
وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ (29) إِلَّا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ (30)
“Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak-budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.” (QS. Al Ma’arij: 29-30).
Perintah Allah untuk
menjaga kemaluan kecuali pada istri dan hamba sahaya yang dimiliki
menunjukkan bahwa boleh saja melihat, menyentuh dan berkholwat dengan
mereka.
Ada Hadits yang Melarang Memandang Kemaluan Pasangan
Kami tidak mengetahui hal ini kecuali karena berpegang pada riwayat yang bermasalah dari seorang wanita yang majhul (yang tidak diketahui) dan ia mengatakan dari salah seorang ummul mukminin (istri Rasul), ia berkata, “Aku tidaklah pernah melihat kemaluan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sama sekali.” (Al Muhalla, 10: 33)
Kami tidak mengetahui hal ini kecuali karena berpegang pada riwayat yang bermasalah dari seorang wanita yang majhul (yang tidak diketahui) dan ia mengatakan dari salah seorang ummul mukminin (istri Rasul), ia berkata, “Aku tidaklah pernah melihat kemaluan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sama sekali.” (Al Muhalla, 10: 33)
Hadits yang
disebutkan di atas adalah riwayat Ibnu Majah dalam kitab sunannya (662)
dari Musa bin ‘Abdillah, dari bekas budak ‘Aisyah, dari ‘Aisyah bahwa
beliau berkata,
مَا نَظَرْتُ أَوْ مَا رَأَيْتُ فَرْجَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَطُّ
“Aku tidak pernah memandang atau melihat kemaluan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sama sekali. ”
مَا نَظَرْتُ أَوْ مَا رَأَيْتُ فَرْجَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَطُّ
“Aku tidak pernah memandang atau melihat kemaluan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sama sekali. ”
Hadits ini adalah
hadits dho’if yang tidak bisa dijadikan hujjah karena perawi dari
‘Aisyah tidak diketahui siapa. Al Hafizh Ibnu Rajab dalam Fathul Bari
(1: 336) mengatakan bahwa dalam sanad hadits ini adalah perawi yang
tidak dikenal.
BOLEHKAH MENCIUM KEMALUAN ISTRI/SUAMI SENDIRI?
Diperbolehkan bagi masing-masing suami-istri untuk menikmati keindahan tubuh pasangannya. Allah berfirman,
Diperbolehkan bagi masing-masing suami-istri untuk menikmati keindahan tubuh pasangannya. Allah berfirman,
هن لباس لكم وأنتم لباس لهن
“Para istri kalian adalah pakaian bagi kalian, dan kalian adalah pakaian bagi istri kalian.” (Q.S. Al-Baqarah:187)
Allah juga berfirman,
نساؤكم حرث لكم فأتوا حرثكم أنى شئتم
“Para istri kalian adalah pakaian bagi kalian, dan kalian adalah pakaian bagi istri kalian.” (Q.S. Al-Baqarah:187)
Allah juga berfirman,
نساؤكم حرث لكم فأتوا حرثكم أنى شئتم
“Para istri kalian
adalah ladang bagi kalian. Karena itu, datangilah ladang kalian, dengan
cara yang kalian sukai.” (Q.S. Al-Baqarah:223)
Hanya saja, ada dua hal yang perlu diperhatikan:
Hanya saja, ada dua hal yang perlu diperhatikan:
Menjauhi cara yang
dilarang dalam syariat, di antaranya: (1) Menggauli istri di duburnya;
(2) Melakukan hubungan badan ketika sang istri sedang “datang bulan”.
Kedua perbuatan ini termasuk dosa besar.
Hendaknya dalam koridor menjaga adab-adab Islam dan tidak menyimpang dari fitrah yang lurus.
Hendaknya dalam koridor menjaga adab-adab Islam dan tidak menyimpang dari fitrah yang lurus.
Tentang mencium atau
menjilati kemaluan pasangan, tidak terdapat dalil tegas yang
melarangnya. Hanya saja, perbuatan ini bertentangan dengan fitrah yang
lurus dan adab Islam. Betapa tidak, kemaluan, yang menjadi tempat
keluarnya benda najis, bagaimana mungkin akan ditempelkan di lidah, yang
merupakan bagian anggota badan yang mulia, yang digunakan untuk
berzikir dan membaca Alquran?
Oleh karena itu, selayaknya tindakan tersebut ditinggalkan, dalam rangka:
Menjaga kelurusan fitrah yang suci dan adab yang mulia.
Menjaga agar tidak ada cairan najis yang masuk ke tubuh kita, seperti: madzi.
Ini semua merupakan bagian dari usaha menjaga kebersihan dan kesucian jiwa. Allah berfirman,
إن الله يحب التوابين ويحب المتطهرين
Menjaga kelurusan fitrah yang suci dan adab yang mulia.
Menjaga agar tidak ada cairan najis yang masuk ke tubuh kita, seperti: madzi.
Ini semua merupakan bagian dari usaha menjaga kebersihan dan kesucian jiwa. Allah berfirman,
إن الله يحب التوابين ويحب المتطهرين
“Sesungguhnya, Allah mencintai orang yang bertobat dan mencintai orang yang menjaga kebersihan.” (Q.S. Al-Baqarah:222)
Maksud ayat adalah Allah mencintai orang menjaga diri dari segala sesuatu yang kotor dan mengganggu. Termasuk sesuatu yang kotor adalah benda najis, seperti: madzi. Sementara, kita sadar bahwa, dalam kondisi semacam ini, tidak mungkin jika madzi tidak keluar.
Maksud ayat adalah Allah mencintai orang menjaga diri dari segala sesuatu yang kotor dan mengganggu. Termasuk sesuatu yang kotor adalah benda najis, seperti: madzi. Sementara, kita sadar bahwa, dalam kondisi semacam ini, tidak mungkin jika madzi tidak keluar.
Padahal, benda-benda
semacam ini tidak selayaknya disentuhkan ke bibir atau ke lidah. Allahu
a’lam. (Disarikan dariFatawa Syabakah Islamiyah, di bawah bimbingan Dr.
Abdullah Al-Faqih)
sumber:http://www.salingshare.com/2015/10/hukum-menyentuh-dan-mencium-organ-vital.html
loading...
0 Response to "Apakah Hukumnya Menyentuh dan Mencium Organ Vital Suami Dalam Islam "
Post a Comment